Halo Millenials!
We are coming back!
Pada kesempatan kali ini admin IYSpace akan meyuguhkan
sesuatu yang baru nih 😀,
apa nih yang baru? Sesuatu yang barunya yaitu “Sharing Story”.
Di Sharing Story ini admin IYSpace akan membagikan
kisah atau cerita dari seorang Narasumber yang hebat, dan tentunya Narasumber
yang berbagi tentang kisahnya ini adalah orang - orang yang keren 😎.
Narasumber untuk berbagi kisahnya pada kali ini adalah
Kak Mutiara Hamdalah Munandar, berikut pengalaman dan penghargaan beliau:
·
Juara 2 LKTIQ di UIN Sunan Ampel Surabaya
(2019)
·
Best Presentation LKTIN di Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa (2019)
·
Juara 2 Lomba Essay Nasional di UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta (2019)
·
Lolos Pendanaan Projek Sosial Lazis Jawa
Tengah (2019)
·
Moderator
dalam
Millenial Talk Seminar Nasional
LPDP Dalam Negeri (2019)
·
Anggota Terprestatif UKM Lex Scientia 2019 Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang
(2019)
· Volunteer Perhimpunan Pelajar Indonesia
Dunia (PPID) Mengabdi di Sijunjung Sumatra Barat (2020)
·
Duta Baca 2 Putri Kabupaten Kuningan
(2020)
·
Presiden Komunitas Indonesian Youth Space
(2020/2021)
·
GenBI Periode 2020/2021
Main Story:
Apa yang terlintas dalam
benak kalian jika mendengar kata Volunteer? Lelah? Seru? Penuh petualangan?
Atau bisa eksplore tempat yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya? 1001
perasaan yang dapat kamu rasakan saat kamu mengikuti kegiatan volunteer.
Begitupun dengan aku.
Aku tertarik mengikuti
kegiatan volunteer dimulai sejak masih menjadi mahasiswa baru di kampus. Aku
melihat bahwa kegiatan yang dapat berbaur langsung dengan masyarakat begitu
sangat menyenangkan. Awalnya aku mengikuti kegiatan volunteer yang diadakan
oleh badan Eksekutif Mahasiswa di fakultasku. Sejak saat itulah, aku semakin
ketagihan mengikuti kegiatan volunteer. Sebelum melanjutkan cerita ini, ada
pepatah yang mengatakan “tak kenal maka tak sayang, kalau sudah sayang jangan
ditinggal” hahaha... Perkenalkan, namaku Mutiara Hamdalah. Nama yang diberikan
oleh orangtua ku agar aku selalu menjadi orang yang pandai bersyukur. Aku
mahasiswa fakultas hukum di Universitas Negeri Semarang. Sebagai mahasiswa,
tentu penasaran akan segala hal pernah aku rasakan. Sampai sekarang pun aku
masih merasakan hal itu. Maka dari itu, rasa penasaranku ini membawaku pada
cerita seru dalam hidupku yaitu mengikuti kegiatan Pengabdian ke tempat surga
dunia yang tersembunyi di Indonesia.
Berawal dari mengikuti
kegiatan volunteer yang diadakan oleh fakultas, aku semakin penasaran untuk mengikuti
kegiatan volunteer ke berbagai daerah di Indonesia. Merasakan bagaimana
mengabdi diluar daerah tempatku tinggal. Maka dari itu aku mencari informasi
tentang volunteer dan mendaftarnya. Banyak sekali tawaran pengabdian yang telah
di share pada sosial media instagram.
Kamu tinggal pilih, mau mengabdi dimana dan biayanya full funded, self funded, atau partial
funded. Selain itu, kegiatan volunteer pun ada yang mendapatkan payment! Asik banget kan, tergantung
kalian mau mengikuti kegiatan apa. Aku mendaftar berbagai kegiatan volunteer
mulai dari yang fully funded sampai
dengan dapat payment. Namun, mungkin
Allah belum memberikan kesempatan untuk aku mengikuti kegiatan tersebut. Sampai
pada liburan semester ganjil, di kampusku jika libur semester ganjil bisa
sampai 3 bulan lamanya. Aku berfikir untuk mencari kegiatan apa yang menarik
untuk mengisi waktuku selama 3 bulan tersebut. aku mendaftar kegiatan volunteer
yang diadakan oleh PPID Mengabdi (Perhimpunan Pelajar Indonesia Se-Dunia
Mengabdi). Singkat cerita, dengan berbagai tes yang lumayan rumit, akhirnya
kesempatan itu Allah berikan.
Aku berkesempatan
mengikuti kegiatan volunteer di daerah Kabupaten Sijunjung, Padang Sumatera
Barat tepatnya di daerah Nagari Silokek.
Kepingan surga yang Allah turunkan pada Indonesia.
Untuk menuju Kabupaten
Sijunjung, butuh waktu kurang lebih 3 jam dari Bandara Internasional
Minangkabau. Untuk menuju Nagari Silokek memakan waktu 1 jam dari Kabupaten
Sijunjung. Ternyata aku tidak sendiri mendapatkan kesempatan tersebut, aku
bersama 18 orang lainnya yang bersekolah dari penjuru dunia. Beruntungnya aku
bisa mengenal mereka, ada yang berasal dari Swedia, Prancis, Malaysia, Shanghai
China, Beijing, Sulawesi, Aceh, Jakarta, bahkan orang Minangnya asli. Mereka
sama denganku, tertarik dengan kegiatan volunteer yang bersentuhan langsung
dengan masyarakatnya.
Kegiatan kami di Nagari
Silokek selama 3 hari 3 malam. Dihari pertama, aku dan teman-teman dikenalkan
dengan tempat-tempat yang sangat indah pada nagari tersebut. oh iya, disana
tidak ada yang namanya desa. Jadi orang minang menyebutnya “Nagari” yang
artinya negara menurut orang minang. Jadi kata Nagari menggantikan wilayah
administratif setelah kecamatan yaitu desa. Ternyata, silokek mempunyai Geopark
yang sangat indah, dan juga sungai yang amat deras. Sungai ini pernah digunakan
untuk ajang rafting tingkat dunia
pada 14-17 November 2019. Ajang tersebut bernama R4 Silokek Geofest Rafting
World Cup 2019. Diikuti oleh 257 atlet dari Indonesia, Malaysia dan Ceko. Kegiatan
akbar itu dihadiri oleh Presiden Federasi Arung Jeram Dunia (IRF), Joe Willie
Jones. Keren banget kan! Namun sayangnya, jika air sungai itu meluap maka air
tersebut akan memutuskan jalan, sehingga akses keluar masuk dari Nagari
tersebut tertutup, sangat disayangkan. Namun, masyarakat Nagari Silokek sudah
terbiasa dengan hal seperti itu karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya,
mereka bercocok tanam, membudidaya ikan, dan juga membuat bahan bangunan
sendiri. Setelah puas megenal tempat Nagari tersebut, kami diarahkan ke rumah
warga untuk menginap disana. Kami juga diberikan satu base camp yaitu rumah gadang. Disetiap Nagari harus memiliki rumah
gadang untuk tempat melaksanakan acara adat atau berkumpul untuk merayakan
sesuatu.
Dihari kedua, kami
memulai kegiatan dipagi hari. Jam 6 pagi kami sudah harus bersiap-siap untuk
melaksanakan kegiatan pengenalan dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi di
SMA Negeri 2 Sijunjung. Disana kami berbagi seputar dunia perkuliahan mulai
dari jalur masuk, pengenalan jurusan, pengenalan organisasi kampus, sampai
dengan beasiswa dalam dan luar negeri yang tersedia. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan minat mereka pada dunia perkuliahan. Agar mereka tidak perlu
khawatir melanjutkan pendidikan dijenjang yang lebih tinggi. Terlebih untuk
mereka yang keadaan ekonominya menengah kebawah, karena banyak sekali beasiswa
yang tersedia untuk melanjutkan studi. Tak hanya itu, tujuan kami
menyelenggarakan kegiatan ini untuk berbagi pengalaman terkait dunia
perkuliahan sehingga adik-adik yang ingin melanjutkan ke jenjang tersebut
mendapatkan gambaran seputar perkuliahan. Disana aku mendapat banyak
pembelajaran dari adik-adik yang sedang berjuang menggapai impiannya,
mengingatkan aku pada diriku yang pernah berjuang juga hahahaha...
Siangnya, kami kembali ke
Nagari. Menempuh perjalanan satu jam dengan mobil Satpol PP yang dipinjam
panitia kegiatan. Kami bertukar cerita sesama volunteer tentang kuliah dan
pengalaman mereka. Kami bertukar informasi dan mengobrol seakan seperti teman
yang sudah lama mengenal, padahal kami baru sehari saling mengenal. Setelah
sampai Nagari kami melanjutkan kegiatan dengan menanam pohon di bukit desa
tersebut. dibukit tersebut terdapat air terjun 7 tingkat yang menandakan
kemakmuran bagi mereka. Memang bukit disana masih rimbun, namun tetap pohon
adalah sumber oksigen yang sangat baik untuk manusia sehingga harus tetap
dijaga dan dilestarikan. Keseruan kami bersama anak-anak desa tersebut tidak
berhenti sampai disitu, kami bermain air di air terjun tersebut. air tersebut
sangat segar karena belum tercemar sampah apapun.
Setelah kegiatan menanam
pohon, malamnya kami para volunteer diajak untuk mengenal budaya Minang. Kami
disuguhkan dengan kesenian Randai. Randai adalah salah satu permainan
tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk
lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan
cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian. Intinya yaitu pada
kesenian ini, kelompok tersebut menyampaikan cerita yang penuh makna tentunya
cerita orang minang namun dikemas dengan tarian berbentuk lingkaran yang tidak
boleh terputus, lagu, serta pantun. Pemain randai memakai kain bernama celana
sarawa galembong yang merupakan celana yang khusus digunakan dalam Randai. Penari
memukul bagian bawah celana sehingga menghasilkan bunyi yang diatur sedemikian
rupa sehingga terdengar seperti perkusi yang menarik. Aku pernah memakainya dan
memang tidak robek walaupun dipukul sangat keras, namun aku tidak memiliki foto
saat memakai celana sarawa galembong tersebut karena cahaya yang tidak
mendukung untuk difoto. Kami sangat merinding melihat para pemain memainkan
permainan tersebut, bumi kain yang jika dipukul sangat unik, suara mereka menjerit
“eyyy” masih sangat membekas hingga saat ini, lalu cerita minang yang walaupun
aku terus bertanya artinya apa pada temanku namun cerita tersebut memiliki
makna tentang takdir yang tidak dapat kita hindari.
Hari Ketiga, kami kembali
berkegiatan jam 6 pagi untuk ke sekolah dasar di Nagari tersebut. Kami dibagi
per kelompok dan kelompokku mengajar di SD Negeri 28 Durian Gadang. Dalam
kegiatan belajar mengajar tersebut, aku menggunakan metode dongeng untuk
mengajarkan bahasa inggris kepada anak-anak tersebut. Selain itu, aku
mengajarkan tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat) melalui lagu-lagu.
Aku juga mendengar cerita cita-cita mereka lalu menulisnya di kertas karton lalu
ditempelkan di dinding kelas untuk mereka ingat. Aku senang bertemu dengan
mereka, dengan semangat yang masih sangat besar untuk menggapai cita-cita. Aku
berharap semoga apa yang mereka cita-citakan tercapai dan bermanfaat bagi
sesama.
Siangnya, kami mengajar
sekolah non-formal. Ada yang mengajar ngaji, belajar dongeng, ada juga yang
melakukan kegiatan pemasaran Geopark Silokek bersama Wali Nagari agar Geopark
Silokek dapat lebih dikenal masyarakat Indonesia. Aku mendapatkan banyak
pelajaran dari 3 hari bersama teman-teman volunteer dan juga masyarakat yang
ada disana. Bapak House Familly ku
bekerja membuat batako untuk masyarakat Silokek agar mereka bisa membeli bahan
bangunan tidak harus keluar dari Nagari tersebut. Aku terkagum dengan warga
Nagari Silokek ini, walaupun wilayah mereka masih terpencil namun mereka tidak
kehabisan akal untuk bertahan hidup dan memenuhi kehidupan mereka
INDONESIAN YOUTH SPACE! Learning, sharing, inspiring!